Langkah-langkah Penelitian


LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Penelitian merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna men­dapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, sehingga penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan yang tidak meragukan. Adapun langkah-langkah penelitian itu pada umumnya sebagai berikut.
1.         Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
2.         Penelaahan kepustakaan
3.         Penyusunan hipotesis
4.         Identifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
5.         Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
6.         Penyusunan rancangan penelitian
7.         Penentuan sampel
8.         Pengumpulan data
9.         Pengolahan dan analisis data
10.     Interpretasi hasil analisis
11.     Penyusunan laporan

1.      Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
Masalah adalah suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit, dan memerlukan solusi. Masalah juga dapat diartikan suatu kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein). Suatu masalah tidak harus menuntut/menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan oleh karena ada masalah. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus menentukan terlebih dahulu apa masalahnya (Kerlinger, 2004). Bagi orang yang belum berpengalaman dalam penelitian, menentukan dan memilih masalah bukanlah hal yang mudah, bahkan dapat dikatakan sangat sulit.
Masalah yang akan dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada. Peneliti hanya mengidentifikasi, memilih, dan merumuskannya. Pencarian masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber masalah, seperti bacaan, pengalaman pribadi, pertemuan Ilmiah (seminar, diskusi, lokakarya, dll), dan perasaan intuitif pribadi (Suryabrata, 2006). Selain itu Margono (2007) juga menambahkan bahwa masalah juga dapat diperoleh melalui pernyataan atau pengamatan sepintas/fakta di lapangan.
Setelah masalah diidentifikasi, belum menjadi jaminan bah­wa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengungkap jawaban terhadap pertanyaan “apa kesenjangan yang terjadi” dan “apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan” (Santyasa, 2008). Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian ditemukan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu mana masalah yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang ditemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu dari arah masalahnya dan dari arah peneliti. Jika ditinjau dari pertimbangan arah masalahnya, menentukan suatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut objektif. Sedangkan pertimbangan dari arah peneliti, pertimbangan masalah didasarkan atas kelayakan dan kesesuaian peneliti yang menyangkut kelayakan biaya, waktu, sarana, dan kemampuan keilmuan (Suryabrata, 2006).
Masalah yang baik diteliti mempunyai beberapa karakteristik yaitu 1) mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi manfaat/kontribusi,  2) dapat dipecahkan (ada data dan metode pemecahannya), 3) menarik bagi peneliti yang didukung kemampuan keilmuan, 4) spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya), dan 5) berguna untuk mengembangkan suatu teori (Anonim, 2007). Senada dengan hal itu Kerlinger (2004) menambahkan tiga kriteria penting permasalahan yang diteliti yaitu 1) permasalahan sebaiknya merepleksikan dua variabel atau lebih, 2) masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan, dan 3) masalah hendaknya dapat diuji secara empiris.
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih, maka perlu dirumuskan. Tujuannya agar permasalahan jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan atau tafsir yang berbeda-beda, sebab masalah tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar pengajuan teori dan hipotesis, pengumpulan data, pemilihan metode analisis, dan penarikan kesimpulan. Menurut Sukardi (2003) rumusan masalah yang baik harus dapat mencangkup dan menunjukkan semua variabel maupun hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam merumuskan masalah yaitu 1) masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, 2) rumusan masalah hendaklah padat dan jelas, dan 3) rumusan masalah hendaklah memberi petunjuk tentang mung­kinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan­-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

2.      Penelaahan Kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi penelitian yang akan dilakukan. Tujuannya yaitu 1) untuk mencari teori/konsep/generalisasi yang dapat digunakan sebagai landasan teori/kerangka bagi penelitian yang akan dilakukan, 2) untuk mencari metodologi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, dan 3) untuk membandingkan antara fakta di lapangan dengan teori yang ada (Sukardi, 2003). Telaah pustaka sangat penting agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Pada umumnya lebih dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu sum­ber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial. Menurut Sukardi (2003), telaah kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoretis maupun aspek manfaat praktis.
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu a) sumber acuan umum (kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan sejenisnya), dan b) sumber acuan khusus (kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, makalah seminar, hasil penelitian, internet, dan lain-lain) (Suryabrata, 2006). Mencari sumber bacaan hendaknya peneliti bersikap selektif, artinya tidak semua yang diketemukan kemudian ditelaah. Sumber pustaka yang baik adalah relevan dengan tema dan topik penelitian, uptodate (bukan sumber pustaka yang sudah usang).
Menurut Ary et al., (dalam Sukardi, 2003), langkah-langkah mengorganisasi materi yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu 1) mulai dengan materi hasil penelitian yang secara konsekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan, 2) membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian, 3) mencatat bagian-bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian, dan 4) membuat catatan, kutipan, atau salinan informasi yang disusun secara sistematis.

3. Perumusan Hipotesis
Setelah selesai menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya akan sampai pada suatu kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari apa yang telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunya jawaban sementara terkait dengan permasalahan penelitian (Sukardi, 2003). Menurut Kerlinger (2004), Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoretis ini disebut sebagai hipotesis, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Fungsi adanya hipotesis adalah 1) untuk memberikan batasan serta memperkecil ruang lingkup penelitian, 2) untuk mempermudah pengumpulan dan pengolahan data, 3) untuk mengetahui macam, jumlah, dan hubungan variabel penelitian, serta 4) untuk mengetahui variabel tak bebas yang harus di kontrol (Anonim, 2007). Menurut Sukardi (2003), hipotesis memiliki peranan penting karena dapat menunjukkan harapan dari si peneliti yang direfleksikan dalam hubungan variabel dalam permasalahan penelitian.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Secara implisit, hipotesis menyatakan prediksi. Taraf ketepatan prediksi itu akan sangat bergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoretis yang mendasarinya. Dasar teori yang kurang sehat akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat, dan sebaliknya. Hipotesis yang baik yaitu 1) dirumuskan dari teori/konsep yang sudah ada, sehingga relevan dengan fakta, 2) dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) singkat dan sederhana, 3) berlaku dalam tingkat populasi sehingga mempuyai daya ramal yang tinggi, 4) mencerminkan tentang hubungan antar variabel, dan 5) dapat diuji untuk membuktikan kebenaran/kesalahannya (Anonim, 2007).  Hipotesis dapat disusun/dirumuskan dari telaah teori, fakta berdasarkan pengamatan atau pengalaman peneliti, dugaan dan pengetahuan peneliti, hasil penelitian terdahulu/sebelumnya yang relevan. Salah satu contoh hipotesis adalah terdapat hubungan yang berarti antara perbedaan gender dengan IP mahasiswa jurusan pendidikan fisika.
Secara garis besar, hipotesis dibedakan menjadi 2 macam yaitu hipotesis tentang hubungan dan hipotesis tentang perbedaan. Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan saling hubungan antara dua variabel atau lebih dan mendasari berbagai penelitian korelasional. Hipotesis tentang perbedaan yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Perbedaan itu seringkali disebabkan karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain (Anonim, 2007).
Menurut Suryabrata (2006) Konsep lain mengenai hipotesis adalah hipotesis nol atau Ho. Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antar kelompok yang satu dengan yang lainnya. Analisis statistic dan uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol tersebut. Hipotesis yang lain adalah hipoteis alternatif, yang dilambangkan dengan HA. Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Teknik pengujian hipotesis dapat dilakukan menggunakan uji-uji statistik (uji t, uji F, uji χ2, uji Z dll).

4.   Identifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi variabel-variabel
Variabel penelitian didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian dan bersifat spesifik serta faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti. Adapun kegunaan dari variabel penelitian adalah: 1) untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, 2) untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data, dan 3) untuk pengujian hipotesis (Anonim, 2007). Variabel penelitian yang baik harus relevan dengan tujuan penelitian dan dapat diamati atau dapat diukur. Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklarifikasi, dan didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis. Tujuan diadakannya pengidentifikasian variabel yaitu untuk mendata variabel-variabel yang ada dalam penelitian dan untuk menetapkan variabel-variabel utama yang akan dibahas. Misalny suatu penelitian untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar fisika siswa kelas X. Variabel penelitian yang berpengaruh ditetapkan, seperti motivasi belajar, proporsi belajar, gaya belajar, dan keadaan sosial siswa.
Variabel yang telah diidentifikasi perlu diklarifikasi sesuai dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Klarifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambil data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk diterapkan. Berkaitan dengan proses kuantifikasi, variabel dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu 1) variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan proses penggolongan. Contohnya jenis kelamin dan jenis pekerjaan. 2) variabel ordinal yaitu variabel yang disusun berdasarkan jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya angka 2, begitu seterusnya. Contoh hasil perlombaan inovatif produktif di antara para mahasiswa. 3) variabel interval yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama. Contoh prestasi belajar, sikap terhadap program dinyatakan dalam skor. 4) variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak (Suryabrata, 2006). 
Setelah variabel diidentifikasi dan diklarifikasi, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati. Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. Cara menyusun definisi operasional bermacam-macam, cara itu dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu 1) menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan, 2) menekankan bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan. Contoh pendefinisian variable misalnya prestasi akademik mahasiswa adalah ukuran keberhasilan studi mahasiswa yang dinyatakan dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa.

5.   Pemilihan atau pengembangan alat pengambilan data
Alat pengumpulan data (instrumen penelitian) dalam suatu penelitian sangat menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan sekaligus akan menentukan kualitas penelitian itu sendiri (Margono, 2007). Suryabrata (2006) menambahkan kriteria alat pengumpulan data yang baik adalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas. Reliabilitas alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan keajegan hasil pengukuran (konsistensi) apabila digunakan untuk pengukuran pada waktu yang berbeda dan tidak tergantung siapa yang menggunakannya tetapi dilihat dari besarnya simpangan baku dari hasil pengukuran yang berulang-ulang atau dari besarnya tingkat kesalahan (error) pengukuran. Validitas adalah alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan kesesuaian atau kecocokan antara alat ukur dengan apa yang diukur. Keputusan mengenai alat pengambil data yang akan digunakan tergantung variabel yang akan diamati atau diambil datanya. Dengan kata lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari segi taraf reliabilitas dan validitas. Pertimbangan-pertimbangan lain biasanya dari sudut praktis, misalnya besar kecilnya biaya dan mudah sukarnya menggunakan alat tersebut.  
Jika peneliti mengembangkan sendiri atau mengadaptasikan alat pengambil datanya, maka peneliti harus melakukan uji coba untuk memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data yang dikembangkannya itu, sebelum benar-benar digunakan pada penelitian yang sebenarnya (Mardalis, 2006).

6.   Penyusunan Rancangan Penelitian
            Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang diperlukan atau berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
            Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian. Agar rancangan penelitian dapat diperkirakan, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu 1) rancangan mencangkup semua kegiatan yang akan dilakukan, 2) disusun secara sistematis untuk mempermudah langkah selanjutnya, dan 3) dapat memprediksi sejauh mana hasil penelitian yang akan diperoleh (Margono, 2007)

7.   Penentuan Sampel
            Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi (karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu), maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Ada beberapa Kelebihan dan Kelemahan apabila populasi dan sampel dijadikan objek penelitian. Jika melibatkan populasi kelebihannya yaitu data yang diperoleh dijamin lebih lengkap dan dalam pengambilan kesimpulan lebih akurat. Namun kelemahannya yaitu membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, dan waktu), serta tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak di lapangan. Sedangkan jika melibatkan sampel sebagai penelitian kelebihannya yaitu efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu), anggota sampel lebih mudah didata/dilacak di lapangan. Kelemahannya adalah membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel dan pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu analisis yang teliti dan dilakukan secara hati-hati. Dalam prakteknya, sangat jarang penelitian yang menerapkan sensus dalam upaya pengumpulan datanya karena keterbatasan dalam operasionalnya. Sehingga penelitian lebih sering menggunakan teknik sampling. Menurut Suryabrata (2006) hal-hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemilihan sampel yang baik yaitu: 1) Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel), 2) batasan sampel harus jelas, 3) dapat dilacak di lapangan, 4) tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali atau lebih), 5) harus uptodate (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian).
            Menurut Kerlinger (2004), dalam menentukan sampel yang baik harus diperlukan metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik pula. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Secara umum metode pengambilan sampel yang baik adalah 1) prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan, 2) dapat memilih sampel yang representatif, 3) efisien dalam penggunaan sumber daya, dan 4) dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel. Jumlah sampel yang baik tidak ada ketentuan yang baku mengenai ukuran sampel, tetapi perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel yaitu derajat keseragaman/heterogenitas dari populasi, metode analisis yang akan digunakan, ketersediaan sumber daya, dan presisi yang dikehendaki (Suryabrata, 2006).
Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Bila sampel tidak refresentatif, maka ibarat orang buta disuruh meyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kapas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia akan menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah (Arikunto, 2006).
      Menurut Kerlinger (2004), kaedah yang paling gampang dalam menentukan sampel penelitian terkait dengan jumlah sampel yaitu gunakan sampel yang sebesar mungkin. Suryabrata (2006) menambahkan syarat yang paling penting dalam mengambil sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus mewakili. Tujuan adanya berbagai teknik penentuan sampel adalah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya. Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya dapat didekati secara metodelogis melalui parameter-parameter yang diketahui dan diakui baik secara teoretis mauptun secara eksperimental. Parameter-parameter yang sebagai berikut.
a.      Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representativeness sampelnya (berlaku jika populasinya tidak homogen secara sempurna). Namun untuk populasi homogen secara sempurna besar sampel tidak mempengruhi taraf representatifnya sampel.
b.      Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel maka makin tinggi pula tingkat representatifnya sampel (berlaku jika populasinya tidak homogen secara sempurna).
c.       Variabilitas populasi. Peneliti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikan sampel.
d.      Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Makin lengkap ciri-ciri populasi yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkat representatifnya sampel.

8.   Pengumpulan Data
            Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya (Suryabrata, 2006). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi partisipan observation (observasi berperan serta) dan non partisipan observation, selanjutnya dari segi instrumenasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Sukardi (2003) menambahkan bahwa cara lain untuk mengumpulkan data dari responden yaitu menggunakan teknik dokumentasi.
9.      Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data. Kegiatan analisis data bertujuan untuk memberi arti dan makna pada data serta berguna untuk memecahkan masalah dalam penelitian yang sudah dirumuskan. Menurut Sukardi (2003), sebelum analisis data dilakukan maka data perlu diolah terlebih dahulu. Secara garis besarnya ada dua langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a.   Persiapan (Editing)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan penelitian yaitu melengkapi data yang kurang/kosong, memperbaiki kesalahan-kesalahan atau kekurangjelasan dari pencatatan data, memeriksa konsistensi data sesuai dengan data yang diinginkan, memeriksa keseragaman hasil pengukuran (misalnya keseragaman satuan dsb), dan memeriksa reliabilitas data (misalnya membuang data-data yang ekstrim dsb). Dalam langkah ini peneliti memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga data yang terpakai saja yang tinggal. Tujuan merapikan data, agar data bersih, rapi, dan tinggal mengadakan pengolahan lanjut (menganalisis).
b.   Tabulasi
Setelah melakukan persiapan/editing, peneliti melakukan tabulasi data. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat tabel data (menyajikan data dalam bentuk tabel) untuk memudahkan analisis data maupun pelaporan. Tabel data dibuat sesederhana mungkin sehingga informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi bagian analisis data. Termasuk dalam kegiatan ini meliputi  memberikan skor terhadap item yang perlu diberikan skor, memberikan kode terhadap item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data (disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan), dan memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data (jika menggunakan komputer).
Kegiatan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dan merupakan langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah non-statistik. Pemilihan ini tentunya tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Analisis statistik sesuai dengan data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk bilangan. Sedangkan analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif (Suryabrata, 2006).
Pemecahan masalah penelitian dan penarikan kesimpulan dari suatu penelitian sangat tergantung dari hasil analisis data ini. Sehingga perlu dilakukan dengan teliti dan hati-hati sehingga tidak memberikan salah penafsiran terhadap hasil penelitian. Seorang peneliti (bagian analisis data) harus menguasai kemampuan keilmuan secara teknis dalam menerapkan metode analisis yang cocok. Metode analisis data yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Pertimbangan pemilihan metode analisis dapat dilihat dari 1) tujuan dan jenis penelitian, 2) model/jenis data, dan 3) tingkat/taraf kesimpulan. Sebagai contoh misalnya pengaruh model problem based learning terhadap peningkatan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Panca.  Analisis statistik yang cocok yaitu desain eksperimen.

10.     Penafsiran Hasil Analisis
Menafsirkan hasil analisis penelitian selalu harus didasarkan atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus berdasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. Salah apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang bertujuan menyengkan hati pemesan, dengan cara memanipulasi data. Pada penelitian yang menggunakan pengujian hipotesis penelitian, kesimpulan dapat ditarik dari hasil pengujian hipotesis. Apabila kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari problematik yang dikemukakan, maka isi maupun banyaknya kesimpulan yang dibuat juga harus sama dengan isi dan banyaknya problematik. Kesimpulan yang diambil dalam Penelitian harus sesuai dengan 1) tema, topik, dan judul penelitian, 2) pemecahan permasalahan penelitian, 3) hasil analisis data, 4) pengujian hipotesis (bila ada), 5) teori/ilmu yang relevan, dan 6) singkat, jelas, dan padat (Anonim, 2007).
Peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya tahan uji, yaitu terbukti kebanarannya. Jika yang terjadi memang demikian, bahasan itu mungkin tidak terlalu menonjol peranannya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu tidak tahan uji, yaitu ditolak maka peranan bahasan itu menjadi sangat penting, karena  peneliti harus dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Peneliti wajib mengeksplorasi segala sumber yang mungkin menjadi sebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu. Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis itu  dapat dicari antara lain dari: 1) landasan teori, 2) sampel, 3) alat pengambilan data, 4) rancangan penelitian, 5) perhitungan-perhitungan, dan 6) variabel-variabel luaran (Suryabrata, 2006).
Suatu hipotesis tidak terbukti kebenarannya itu tidak berarti bahwa penelitiannya gagal sama sekali. Suatu penelitian sering menguji sejumlah hipotesis dan tidak terbukti satu atau dua hipotesis memang tidak jarang terjadi. Walaupun penelitian hanya menguji satu hipotesis dan kemudian ternyata tidak terbukti kebenarannya itupun tidak berarti bahwa penelitian itu gagal sama sekali. Yang terpenting di sini adalah peneliti memberikan keterangan dan alasan yang jelas dan kuat mengenai tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu. Keenam sumber tersebut dapat dieksplorasi untuk menjelaskan tidak terbuktinya hipotesis itu.

11.  Penyusunan Laporan
Tahapan akhir dalam kegiatan penelitian adalah pembuatan laporan penelitian. Laporan ini berguna untuk kegiatan publikasi hasil penelitian maupun untuk pertanggungjawaban secara ilmiah kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Walaupun si peneliti sudah melakukan semua langkah-langkah penelitian akan salah jika peneliti tidak melaporkan secara tertulis hasil penelitiannya.  Penelitian sebelumnya akan dijadikan sumber dan bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya. Menurut Sukardi (2003), evaluasi terhadap pembuatan laporan penelitian mempunyai beberapa macam fungsi, yaitu 1) menunjukkan adanya pertanggungjawaban peneliti kepada diri sendiri maupun sponsor, 2) memberikan informasi kepada peneliti lain (yang berupa pendekatan, proses, dan metode penelitian yang dilakukan), dan 3) memberikan kesempatan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis. Laporan penelitian harus dituliskan secara sistematis artinya semua tahapan yang telah dilakukan mulai dari tahap perencanaan hingga penarikan kesimpulan penelitian (termasuk di dalamnya lampiran-lampiran yang diperlukan harus dicantumkan). Sistematika pelaporan disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga/institusi/sponsor yang akan mengelola hasil penelitian tersebut.